Sabtu, 04 Mei 2013


BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran sebagai akibat perubahan lingkungan dari dalam uterus ke luar uterus. Maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan , sirkulasi dan lain-lain. Hal ini untuk mengenal / menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera yang berhubungan dengan bayi baru lahir.
1.2  TUJUAN
·         Untuk mengetahui lebih jauh tentang adaftasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
·         Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendetail.
·         Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing

1.3  MANFAAT
·         Sebagai bahan acuan sebagai seorang calon bidan dalam mengamati transisi kehidupan janin dari intra ke ekstra uteri.
·         Sebagai bahan refrensi untuk mahasiswa kedepannya.

BAB II
PEMBAHASAN
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.Adaptasi neonatal adalah Perubahan secara fungsional daripada kehidupanintrauterin kepada kehidupanekstrauterin. Mampu beradaptasi akan menjadihomeostasis, gagal beradaptasiakan menjadi morbiditi.
Adaptasi bergantung kepada:
a)      Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
b)      Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
c)      Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransikepada keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
d)     Kemampuan beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
Adaftasi fisiologis tetus dari intrauterin ke ekstra uterin
A.    Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharyng yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan trimester III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:
·         Hipoksia pada akhir persalianan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
·         Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selam persalianan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
·         Interaksi antara system pernafasan,kardivaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafsan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekunsi dan tingkat gerakan pernafsan janin.
Disamping itu keadaan dingin akan merangsang pernafasan bayi. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat smapai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabakan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalianan, sektar sepetiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeuarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,berarti tidak ada pembuluh darah yamg terbuka guna menerima oksigen yang berada dlam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan okigen jaringan,yang akan memperburuk hifoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungsinya kardiovaskuler
Oksigenasi sangat penting dalam memperthankan kecukupan pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Keadaan ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk menerima oksigen yang berada dalam alveoli sehingga terjadi penururnan oksigenasi jaringan  yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu mengilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang perubahan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

B.     Vaskularisasi
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik,kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
·         Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
·         Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
1.      Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2.      Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh  darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume  darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secra fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a.       Sirkulasi darah fetus
Ø  Vena umbilicus : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
Ø  Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicus sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
Ø  Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
Ø  Ductus arteriousus : merupakan bypass yang terbentang  dari ventriculus dexter dan aorta desendens
Ø  Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogaastica.
b.      Sistem sirkulasi fetus
·         Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·         Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
·         Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·         Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
Sirkulasi darah janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena kava inferior. Dalam atrium dekstra sebgaian darah akan mengalir ke atrium sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel krir kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.
Ketika janin lahir, bayi akan menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.
Perubahan pada saat lahir
1.      Penghentian pasokan darah dari plasenta
2.      Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3.      Penutup foramen ovale
4.      Fibrosis
a.       Vena umbilicalis
b.      Ductus venosus
c.       Atrei hypogastrica
d.      Ductus arteriosus
Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal
No
Perbedaan
Sirkulasi fetus
Sirkulasi neonatal
1
Sirkulasi fulmonal
Aktif, kurang berkembang
Aktif,perkembangan meningkat
2
Foramen ovale
Terbuka
Tertutup
3
Duktus arteriosus bottali
Terbuka
Tertutup
4
Duktus venosus arantii
Terbuka
Tertutup
5
Sirkulasi sistemik
Aktif dengan resisten rendah
Aktif dengan meningkatnya resisten

C.    Sistem hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskular sistemik = SVR) hanya 10 % dari keluaran ventrikal kanan yang sampai paru,sedangkan sisanya (90%)  terjadi sbunting kanan dan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir,terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan penutupan  foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus bottali berbalik pada kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan disebabkan  kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah,dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.

D.    Sistem imunologi
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak ditemukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel limpoit membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunuglobulin gamma A gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin didapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan flasma sitosis, penambahan folikellimfoit dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan keadaaan flora normal dalam saluran pencernaan. Gamma M immunoglobulin 1000 kali lebih efekti dari gamma G immunoglobulin dalam mengatasi infeksi dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar untuk mengalami infeksi dan sepis.
Neonatus mewarisi banyak kekebalan dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung antibodi, turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan kekebalan sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi, dan konsentrasi gamma globulin  pada hakekatnya kembali ke normal menjelang usia 6 sampai 20 tahun.
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadaf bebagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri atas struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi , seperti berikut ini.
1.      Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2.      Fungsi saringan saluran nafas.
3.      Pembentukan kolni mikroba oleh kulit dan usus.
4.      Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

E.     Sistem gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambungpada bayi cukup terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang feristaltik tidak dapat diprediksikan. Kolon pada BBL cenderung mengalami kompliksi kehilangan cairan. Kondisi ini mebuat penyakit diare kemungkinan besar serius pada bayi muda.
Kemampuan neonatus mencerna,mengabsorpsi, dan memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Namun , ada tiga pengecualian, yaitu sebagai berikut.
1.      Sekresi amilase pankreas pada neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati kurang adekuat dari pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida dan monosakarida.
2.      Absorpsi lemak dari saluran pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
3.      Oleh karena fungsi hati selama paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah, konsentrasi glukosa dalam darah tidak stabil dan sering rendah.
Untuk menjalankan fungsinya, otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir,bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Tiga cara koreksi penurunan gula darah adalah sebagai berikut.
1.      Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong harus didorong untuk menyusu agar ASI cepat keluar).
2.      Melalui penggunaan cadangan glikogen.
3.      Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
Neonatal yang tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah cukup akan menciptakan glukosa dari glikogen. Glikogenesis hanya dapat terjadi jika bayi mempunyai cadangan glikogen yang cukup.
Pada kehamilan 4 bulan hepar janin berfungsi dalam proses metabolisme karbohodrat dan hemopoesis, glikogen, vitamin A,  dan D disimpa dalam hati. Setelah bayi lahir sampanan glikogen akan dipakai dengan cepat. Sebagian kecil billirubin dioalh oleh hepar janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana dialami oksidasi dijadikan biliverdin. Pigmen inilah yang membuat warna mekonium kehijau-hijauan.
Pada pertengahan kehamilan, fetus mencernakandan mengabsorpsi cairan amnion dalam jumlah besar selama 2-3 bulan kemudian, saluran pencernaan mencapai fungsi seperti neonatus normal.

F.     Termoregulasi dan adaptasi mekanisme kehilangan panas
Pada saat didalam rahim ibu, janin tidak perlu mengatur suhu tubuh, hal ini di sebabkan karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,6°C dari pada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor yang berperan dlam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan, dan derjat fleksi oto. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengdalikan suhu secra adekuat sampai dua hari stelah lahir.
Pada saat lahir, pada umumnya akan kehilangan panas tubuh, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor meliputi:
1.      Memiliki area permukaan tubuh yang relatif lebih besar dari massanya
2.      Memiliki kulit yang tipis dan permeable terhadap panas
3.      Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (terhadap panas)
4.      Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas
5.      Kemampuannya untuk menghasilkan panas dan resfon simpatis yang sangat buruk.
Mekanisme kehilangan panas pada neonatus berupa :
a)      Kehlangan panas melalui koveksi ditentukan oleh perbedaan antara suhu kulit dan udara, dan pergerakan udra sekitar. Konveksi merupakan penyebab penting kehilangan panas pada bayi baru lahir.
b)      Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas dengan cara perpindahan panas dari kulit ke permukaan padat dimana bayi berkontak langsung
c)      Kehilangan panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara kulit dan permukaan di sekelilingnya, yaitu dinding isolatr (incobatur), atau jika di bawah pengaruh penghangat radian, jendela dan dinding ruangan.bayi kehingan panas melalui gelombang elektromagnetik dari kulit ke permuaan sekitar
d)     Kehilangan panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah bayi harus dikeringkan dan dibugkus dengan handuk hangat. Panas hilang ketika aor menguap dari kulit atau pernafasan.

G.    Sistem ginjal
Ginajal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urin dan osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml.

H.    Ikterus neonatorum fisiologis
Ikterus neonatorum terjadi pada sekitar 60% pada bayi baru lahir yang sehat. Pada sebagain besar kasus kondisi ini merupakan bagian dari adaftasi terhadap kehidupan ekstrauterine. Bayi mengalami ikterus akibat :
a)      Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun  dengan cepat selama beberapa hari pertama kehidupan
b)      Umur eritrosit pada bayi baru lahir lebih pendek dari pada eritrosit pada orang dewsa, sehingga banyak eritrosit yang hemolisis. Akibat hemolisis maka hemoglobin yang terkandung didalamnya terurai menjadi billirubin tak terkonjugasi (indirek)
c)      Imaturitas enzim-enzim, khususnya UDP-glukoronil transperase pada BBL menyebabkan gangguan proses konjugasi billirubin indirek dan ekskresinya.












BAB III
 KESIMPULAN
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Adaptasi bergantung kepada:
a)      Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
b)      Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
c)      Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransikepada keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
d)     Kemampuan beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
A.    Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharyng yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan trimester III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:
·         Hipoksia pada akhir persalianan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
·         Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selam persalianan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
·         Interaksi antara system pernafasan,kardivaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafsan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekunsi dan tingkat gerakan pernafsan janin.
B.     Vaskularisasi
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik,kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
·         Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
·         Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
1.      Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2.      Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh  darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume  darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan menutup.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
c.       Sirkulasi darah fetus
Ø  Vena umbilicus : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
Ø  Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicus sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
Ø  Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
Ø  Ductus arteriousus : merupakan bypass yang terbentang  dari ventriculus dexter dan aorta desendens
Ø  Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogaastica.
d.      Sistem sirkulasi fetus
·         Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·         Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
·         Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·         Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
C.    Sistem hematologi
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah,dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.

D.    Sistem Imun
Neonatus mewarisi banyak kekebalan dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung antibodi, turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan kekebalan sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi, dan konsentrasi gamma globulin  pada hakekatnya kembali ke normal menjelang usia 6 sampai 20 tahun.
E.     Sistem gastrointestinal
pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung pada bayi cukup terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
F.     Termoregulasi dan adaptasi mekanisme kehilangan panas
Pada saat didalam rahim ibu, janin tidak perlu mengatur suhu tubuh, hal ini di sebabkan karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,6°C dari pada suhu ibu. Mekanisme kahilangan panas pada bayi terdiri dari konveksi,konduksi,radiasi dan evaporasi.
G.    Sistem ginjal
Ginajal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urin dan osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml.


H.    Ikterus neonatorum fisiologis
Ikterus neonatorum terjadi pada sekitar 60% pada bayi baru lahir yang sehat. Pada sebagain besar kasus kondisi ini merupakan bagian dari adaftasi terhadap kehidupan ekstrauterine.






















DAPTAR PUSTAKA

Dewi. Hilda Syntia ,S.SiT.2012 Biologi Reproduksi. Bantul Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Wulanda,Ayu Febri.2011. Biologi Refroduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Syahrum,dr.Mohamad Hatta,Dkk. 1994. Reproduksi Dan Embriologi. Jakarta: FKUI.
Tucker,Susan Martin.2004. Pemantauan & Pengkajian Janin. Edisi 4. Jakarta:EGC.
Jannah,Nurul.2011. Biologi Reproduksi. Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mirawati,Dwi.2010. Buku Ajar Bilogi Reproduksi.Jakarta: EGC.
Bagian Obstetri & Ginekologi UNPAD.1983.Obstetri Fisiologi.Bandung.