BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan
Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Perubahan-perubahan
yang segera terjadi sesudah kelahiran sebagai akibat perubahan lingkungan dari
dalam uterus ke luar uterus. Maka bayi menerima rangsangan yang bersifat
kimiawi, mekanik dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami
perubahan metabolik, pernafasan , sirkulasi dan lain-lain. Hal ini untuk
mengenal / menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera yang
berhubungan dengan bayi baru lahir.
1.2
TUJUAN
·
Untuk mengetahui lebih
jauh tentang adaftasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
·
Untuk
menambah pengetahuan yang lebih mendetail.
·
Untuk
memenuhi tugas dari dosen pembimbing
1.3
MANFAAT
·
Sebagai
bahan acuan sebagai seorang calon bidan dalam mengamati transisi kehidupan
janin dari intra ke ekstra uteri.
·
Sebagai bahan refrensi
untuk mahasiswa kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Periode
adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil
serta menggunakan glukosa.Adaptasi neonatal adalah Perubahan secara fungsional daripada kehidupanintrauterin kepada kehidupanekstrauterin.
Mampu beradaptasi akan menjadihomeostasis, gagal beradaptasiakan menjadi
morbiditi.
Adaptasi bergantung kepada:
a)
Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
b)
Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
c)
Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransikepada
keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
d)
Kemampuan
beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
Adaftasi
fisiologis tetus dari intrauterin ke ekstra uterin
A. Sistem pernafasan
Selama dalam
uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. Paru-paru berasal dari
titik tumbuh yang muncul dari pharyng yang bercabang dan kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang
trimester II dan trimester III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:
·
Hipoksia pada akhir persalianan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
·
Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru-paru selam persalianan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
·
Interaksi antara system
pernafasan,kardivaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafsan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekunsi dan tingkat gerakan pernafsan janin.
Disamping itu keadaan dingin akan
merangsang pernafasan bayi. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus
paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus
terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat smapai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernafasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabakan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di
paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalianan, sektar
sepetiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan
di paru-paru dikeuarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,berarti tidak ada
pembuluh darah yamg terbuka guna menerima oksigen yang berada dlam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan okigen jaringan,yang akan memperburuk hifoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
Fungsi
pernafasan dalam kaitannya dengan fungsinya kardiovaskuler
Oksigenasi sangat penting dalam
memperthankan kecukupan pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Keadaan ini berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka untuk menerima oksigen yang berada dalam alveoli sehingga
terjadi penururnan oksigenasi jaringan
yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru
sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
mengilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan
sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang
perubahan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
B.
Vaskularisasi
Setelah lahir darah BBL harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik,kehidupan diluar
rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
·
Penutupan foramen ovale pada atrium
jantung
·
Perubahan duktus anteriosus antara
paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi
akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah:
1. Pada saat
tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen
sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2.
Pernafasan pertama menurunkan
resistensi pada pembuluh darah paru-paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen
kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan
menutup.
Vena
umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secra
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan
bayi
a.
Sirkulasi darah fetus
Ø
Vena umbilicus : membawa darah yang
telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
Ø
Ductus venosus : meninggalkan vena
umbilicus sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
Ø
Foramen ovale : merupakan lubang
yang memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
Ø
Ductus arteriousus : merupakan
bypass yang terbentang dari ventriculus
dexter dan aorta desendens
Ø
Arteri hypogastrica : dua pembuluh
darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal
sebagai arteri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogaastica.
b.
Sistem sirkulasi fetus
·
Vena umbulicalis : membawa darah
yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan
hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·
Ductus venosus : adalah
cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
·
Vena cava inferior : mengembalikan
darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama
sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis
masuk ke dalam venriculus dexter.
·
Arteri pulmonalis : mengalirakan
darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus
dexter.
·
Ductus arteriosus : mengalirkan
sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens
untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·
Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan
dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.
Sirkulasi darah janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi
yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin.
Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena
kava inferior. Dalam atrium dekstra sebgaian darah akan mengalir ke atrium
sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel
krir kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium
kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena
kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang
maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke
paru-paru akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke
paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari
aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke
plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.
Ketika janin lahir, bayi akan
menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam
paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus
batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat,
foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka
arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.
Perubahan pada saat lahir
1. Penghentian
pasokan darah dari plasenta
2.
Pengembangan dan pengisian udara
pada paru-paru
3.
Penutup foramen ovale
4.
Fibrosis
a.
Vena umbilicalis
b.
Ductus venosus
c.
Atrei hypogastrica
d.
Ductus arteriosus
Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal
No
|
Perbedaan
|
Sirkulasi fetus
|
Sirkulasi neonatal
|
1
|
Sirkulasi fulmonal
|
Aktif, kurang berkembang
|
Aktif,perkembangan meningkat
|
2
|
Foramen ovale
|
Terbuka
|
Tertutup
|
3
|
Duktus arteriosus bottali
|
Terbuka
|
Tertutup
|
4
|
Duktus venosus arantii
|
Terbuka
|
Tertutup
|
5
|
Sirkulasi sistemik
|
Aktif dengan resisten rendah
|
Aktif dengan meningkatnya resisten
|
C.
Sistem
hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena
umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding
tahanan vaskular sistemik = SVR) hanya 10 % dari keluaran ventrikal kanan yang
sampai paru,sedangkan sisanya (90%)
terjadi sbunting kanan dan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir,terjadi
pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit),
tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik
dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan
penutupan foramen ovale (menutup setelah
beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri
ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus
bottali berbalik pada kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi.
Penutupan disebabkan kontraksi otot
polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah
masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah,dehidrasi,dan kelebihan
volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan
indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi
aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan
sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan
tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu
berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12
g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram
hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan
darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin
yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
D.
Sistem
imunologi
Pada kehamilan 8 minggu telah
ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak ditemukan
dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel limpoit membentuk molekul immunoglobulin
gamma G yang merupakan gabungan immunuglobulin gamma A gamma M. Gamma G
dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin didapat
dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi
dengan flasma sitosis, penambahan folikellimfoit dan sintesis gamma M
immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat
segera setelah bayi dilahirkan setara dengan keadaaan flora normal dalam
saluran pencernaan. Gamma M immunoglobulin 1000 kali lebih efekti dari gamma G
immunoglobulin dalam mengatasi infeksi dalam saluran pencernaan. Akan tetapi
bayi hanya dilindungi oleh gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas
kadarnya juga kurangnya gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus
berkemungkinan besar untuk mengalami infeksi dan sepis.
Neonatus mewarisi banyak kekebalan
dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta
masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang
bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung
antibodi, turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan
kekebalan sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi,
dan konsentrasi gamma globulin pada
hakekatnya kembali ke normal menjelang usia 6 sampai 20 tahun.
Sistem imunitas bayi baru lahir
belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadaf bebagai infeksi dan
alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri atas struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi , seperti berikut ini.
1.
Perlindungan oleh kulit membran
mukosa.
2.
Fungsi saringan saluran nafas.
3.
Pembentukan kolni mikroba oleh kulit
dan usus.
4.
Perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung.
E.
Sistem
gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup
bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku
menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada
saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah dan lambung) tidak
sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi
baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambungpada bayi cukup terbatas, kurang
dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot
yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada
orang dewasa sehingga gelombang feristaltik tidak dapat diprediksikan. Kolon
pada BBL cenderung mengalami kompliksi kehilangan cairan. Kondisi ini mebuat
penyakit diare kemungkinan besar serius pada bayi muda.
Kemampuan neonatus mencerna,mengabsorpsi, dan
memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Namun , ada tiga
pengecualian, yaitu sebagai berikut.
1. Sekresi
amilase pankreas pada neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati
kurang adekuat dari pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida
dan monosakarida.
2.
Absorpsi lemak dari saluran
pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan
kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
3. Oleh karena
fungsi hati selama paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah,
konsentrasi glukosa dalam darah tidak stabil dan sering rendah.
Untuk menjalankan fungsinya, otak
memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir,bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam).
Tiga cara koreksi penurunan gula darah adalah sebagai
berikut.
1. Melalui
penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong harus didorong untuk
menyusu agar ASI cepat keluar).
2.
Melalui penggunaan cadangan
glikogen.
3. Melalui
pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
Neonatal yang tidak mampu mencerna
makanan dalam jumlah cukup akan menciptakan glukosa dari glikogen. Glikogenesis
hanya dapat terjadi jika bayi mempunyai cadangan glikogen yang cukup.
Pada kehamilan 4 bulan hepar janin berfungsi
dalam proses metabolisme karbohodrat dan hemopoesis, glikogen, vitamin A, dan D disimpa dalam hati. Setelah bayi lahir
sampanan glikogen akan dipakai dengan cepat. Sebagian kecil billirubin dioalh
oleh hepar janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana dialami
oksidasi dijadikan biliverdin. Pigmen inilah yang membuat warna mekonium
kehijau-hijauan.
Pada pertengahan kehamilan, fetus
mencernakandan mengabsorpsi cairan amnion dalam jumlah besar selama 2-3 bulan
kemudian, saluran pencernaan mencapai fungsi seperti neonatus normal.
F.
Termoregulasi
dan adaptasi mekanisme kehilangan panas
Pada saat
didalam rahim ibu, janin tidak perlu mengatur suhu tubuh, hal ini di sebabkan
karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit. Suhu janin biasanya lebih
tinggi 0,6°C dari pada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor yang berperan dlam
kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh bayi baru
lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan, dan derjat fleksi
oto. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengdalikan suhu secra
adekuat sampai dua hari stelah lahir.
Pada saat lahir,
pada umumnya akan kehilangan panas tubuh, hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor meliputi:
1. Memiliki
area permukaan tubuh yang relatif lebih besar dari massanya
2.
Memiliki kulit yang tipis dan
permeable terhadap panas
3.
Memiliki lemak subkutan yang sedikit
untuk insulasi (terhadap panas)
4.
Memiliki kapasitas yang masih
terbatas untuk membentuk panas
5. Kemampuannya
untuk menghasilkan panas dan resfon simpatis yang sangat buruk.
Mekanisme kehilangan panas pada neonatus berupa :
a) Kehlangan
panas melalui koveksi ditentukan oleh perbedaan antara suhu kulit dan udara,
dan pergerakan udra sekitar. Konveksi merupakan penyebab penting kehilangan
panas pada bayi baru lahir.
b)
Kehilangan panas melalui konduksi
adalah kehilangan panas dengan cara perpindahan panas dari kulit ke permukaan
padat dimana bayi berkontak langsung
c)
Kehilangan panas melalui radiasi
bergantung pada perbedaan suhu antara kulit dan permukaan di sekelilingnya,
yaitu dinding isolatr (incobatur), atau jika di bawah pengaruh penghangat
radian, jendela dan dinding ruangan.bayi kehingan panas melalui gelombang
elektromagnetik dari kulit ke permuaan sekitar
d) Kehilangan
panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah bayi harus
dikeringkan dan dibugkus dengan handuk hangat. Panas hilang ketika aor menguap
dari kulit atau pernafasan.
G.
Sistem
ginjal
Ginajal BBL
menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah
besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengonsentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urin dan
osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48
jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml.
H.
Ikterus
neonatorum fisiologis
Ikterus
neonatorum terjadi pada sekitar 60% pada bayi baru lahir yang sehat. Pada
sebagain besar kasus kondisi ini merupakan bagian dari adaftasi terhadap
kehidupan ekstrauterine. Bayi mengalami ikterus akibat :
a)
Konsentrasi hemoglobin yang tinggi
saat lahir dan menurun dengan cepat
selama beberapa hari pertama kehidupan
b)
Umur eritrosit pada bayi baru lahir
lebih pendek dari pada eritrosit pada orang dewsa, sehingga banyak eritrosit
yang hemolisis. Akibat hemolisis maka hemoglobin yang terkandung didalamnya terurai menjadi billirubin tak terkonjugasi (indirek)
c)
Imaturitas enzim-enzim, khususnya
UDP-glukoronil transperase pada BBL menyebabkan gangguan proses konjugasi
billirubin indirek dan ekskresinya.
BAB III
KESIMPULAN
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan
Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Adaptasi bergantung kepada:
a)
Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
b)
Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
c)
Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransikepada
keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
d)
Kemampuan
beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
A. Sistem pernafasan
Selama dalam
uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru. Paru-paru berasal dari
titik tumbuh yang muncul dari pharyng yang bercabang dan kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang
trimester II dan trimester III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:
·
Hipoksia pada akhir persalianan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
·
Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru-paru selam persalianan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
·
Interaksi antara system
pernafasan,kardivaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafsan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekunsi dan tingkat gerakan pernafsan janin.
B. Vaskularisasi
Setelah lahir darah BBL harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik,kehidupan diluar
rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
·
Penutupan foramen ovale pada atrium
jantung
·
Perubahan duktus anteriosus antara
paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi
akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah:
1. Pada saat
tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen
sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan
pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen
kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara fungsional akan
menutup.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan
bayi
c.
Sirkulasi darah fetus
Ø
Vena umbilicus : membawa darah yang
telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
Ø
Ductus venosus : meninggalkan vena
umbilicus sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
Ø
Foramen ovale : merupakan lubang
yang memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
Ø
Ductus arteriousus : merupakan
bypass yang terbentang dari ventriculus
dexter dan aorta desendens
Ø
Arteri hypogastrica : dua pembuluh
darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal
sebagai arteri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogaastica.
d.
Sistem sirkulasi fetus
·
Vena umbulicalis : membawa darah
yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·
Ductus venosus : adalah
cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
·
Vena cava inferior : mengembalikan
darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama
sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis
masuk ke dalam venriculus dexter.
·
Arteri pulmonalis : mengalirakan
darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus
dexter.
·
Ductus arteriosus : mengalirkan
sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens
untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·
Arteri hypogastrica : merupakan
lanjutan dari arteria illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.
C. Sistem hematologi
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah
masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah,dehidrasi,dan kelebihan
volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan
indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi
aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan
sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan
tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu
berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12
g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram
hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan
darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin
yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
D. Sistem Imun
Neonatus mewarisi banyak kekebalan
dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta
masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang
bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung antibodi,
turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan kekebalan
sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi, dan
konsentrasi gamma globulin pada
hakekatnya kembali ke normal menjelang usia 6 sampai 20 tahun.
E. Sistem gastrointestinal
pada bayi
baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan
mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang
matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah
dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah
banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung pada bayi cukup
terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
F. Termoregulasi dan adaptasi mekanisme
kehilangan panas
Pada saat
didalam rahim ibu, janin tidak perlu mengatur suhu tubuh, hal ini di sebabkan
karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit. Suhu janin biasanya lebih
tinggi 0,6°C dari pada suhu ibu. Mekanisme kahilangan panas pada bayi terdiri
dari konveksi,konduksi,radiasi dan evaporasi.
G. Sistem ginjal
Ginajal BBL menunjukkan penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi ini
mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur
sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengonsentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urin dan
osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48
jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml.
H. Ikterus neonatorum fisiologis
Ikterus neonatorum terjadi pada
sekitar 60% pada bayi baru lahir yang sehat. Pada sebagain besar kasus kondisi
ini merupakan bagian dari adaftasi terhadap kehidupan ekstrauterine.
DAPTAR PUSTAKA
Dewi. Hilda Syntia ,S.SiT.2012 Biologi Reproduksi. Bantul Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Wulanda,Ayu Febri.2011. Biologi Refroduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Syahrum,dr.Mohamad Hatta,Dkk. 1994. Reproduksi Dan Embriologi. Jakarta: FKUI.
Tucker,Susan Martin.2004. Pemantauan & Pengkajian Janin. Edisi
4. Jakarta:EGC.
Jannah,Nurul.2011. Biologi Reproduksi. Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Mirawati,Dwi.2010. Buku Ajar Bilogi Reproduksi.Jakarta: EGC.
Bagian Obstetri & Ginekologi
UNPAD.1983.Obstetri Fisiologi.Bandung.