ASUHAN
KEBIDANAN IV (PATOLOGI)
COTOH
KASUS EKLAMSIA
Disusun
Oleh:
Kelompok
6
Siti
Hadijah (11150231)
Sri
Yuliastuti (11150240)
Seli
Hartati (11150252)
I
Gusti Ayu Ari B.D. (11150254)
Yunita
Arini (11150262)
PRODY
D 3 KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Penyakit
hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan
penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai
proteinuria, odema, convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
Penyakit
ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari kematian
ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hypertensi
dalam kehamilan menjadi juga penyebab yang penting dari kelahiran mati dan
kematian neonatal.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Eklamsia
adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam masa
nifas disertai dengan hypertensi odema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984)
Eklamsia
adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan
atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre
eklamsi.(asuhan patologi kebidanan, 2009)
Eklamsi
lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklamsi lebih
sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa.
Menurut
saat terjadinya eklamsi kita mengenal istilah :
-
Eklamsi antepartum ialah eklamsi yang
terjadi sebelum persalinan
-
Eklamsi intrapartum ialah eklamsi
sewaktu persalinan
-
Eklamsi postpartum ialah eklamsi setalah
persalinan
Gejala
– gejala eklamsi
Eklamsia
selalu didahului oleh gejala – gejala preeklamsi yang berat seperti :
·
Sakit kepala yang keras
·
Penglihatan kabur
·
Nyeri diulu hati
·
Kegelisahan dan hyperrefleksi sering
mendahuli serangan kejang
Gejala
klinis
·
Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan
atau masa nifas
·
Tanda – tanda pre eklamsi (hipertensi,
edema dan proteinuria)
·
Kejang dan atau koma
·
Kadang – kadang disertai gangguan fungsi
organ.
Serangan
dapat dibagi dalam 4 tingkat :
1) Tingkat
invasi (tingkat permulaan)
mata
terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada
muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
2) Tingkat
kontraksi (tingkat kejang tonis)
seluruh
badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15 sampai 20
detik.
3) Tingkat
konvulsi (tingkat kejang clonis)
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka
dan menutup begitu pla mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan
berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari
temapt tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar
dari mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya
berhenti. Lamanya ± 1 menit.
4) Tingkat
coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma.
Lamanya coma ini dari beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar
kembali maka ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan
kejadian yang dilukiskan diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklamsi adalah odema paru –paru,
apoplexy dan acidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni
aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal. Kadang – kadang terjadi
eklamsi tanpa kejang ;gejala yang menonjol ialah coma. Eklamsi se,acam ini
disebut eclamsi sine eclamsi dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena
kejang merupakan gejala yang khas dari eklamsi maka eclamsi sine eclamsi sering
dimasukkan preeklamsi yang berat. Pada eklamsi tekanan darah biasanya tinggi
sekitar 180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa –rupanya cerebral.
Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklamsi yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang –
kadang sangat banyak juga odema biasanya ada. Pada eklamsi antepartum biasanya
persalianan mulai setelah beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr
baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Eklamsi yang tidak segera disusul dengan persalinan
disebut eklamsi intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan
sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan ialah dari eklamsi ke dalam
keadaan preeklamsi. Jadi kemngkinan eklamsi tetap mengancam pasien semacam ini
sebelum persalianan terjadi.
Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik,
kira – kira dalam 12 – 24 jam. Juga kalau anak mati didalam kandungan sering
kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5
hari sedangkan tekanan darah normal kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada
kalanya pasien yang telah menderita eklamsi menjadi psychotis, biasanya pada
hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya
baik, penyulit laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema
retina.
Patologi
:
Pada
wanita yang mati karena eklamsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, dan
paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia,
odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt
– infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah
retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang acidosis.
Etiologi
:
Sebab
eklamsi belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa
eklamsi disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacenta).
Selama kehamilan uterus memerlukan drah lebih banyak. Pada molahydatidos,
hidramnion, kehamilan ganda, mullipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan,
juga pada penyakitpembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan darah dalam dinding
rahim kurang, maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau decidua yang
menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
Diagnose
:
Untuk
diagnose eklamsi harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain dengan kejang dan
coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis, meningitis,
tumor otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklamsi lebih 24 jam
postpartum harus dicurigai.
Pemeriksaan
dan diagnosis
§ Berdasarkan
gejala klinis diatas
§ Pemeriksaan
laboratorium
-
Adanya protein dalm urin
-
Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
-
Fungsi hematologi/hemostasis
Prognosa
:
Eklamsi
adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik untuk ibu
maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi
multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi
35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga
diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24
jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri
merupakan gejala yang buruk.
Gejala
–gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh eden ialah :
1. Coma
yang lama
2. Nadi
di atas 120
3. Suhu
di atas 390 C
4. Tensi
di atas 200 mmHg
5. Lebih
dari 10 serangan
6. Proteinuria
10 gram sehari sehari atau lebih
7. Tidak
adanya odema.
Odema
paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
Terapi
:
Profilaks
: ialah dengan pencegahan, diagnose dini dan terapi yang cepat dan intensif
dari preeklamsi.
Maka
pengaturan diet dan berat badan selanjutnya, pengukuran tensi, pemeriksaan urin
dan tambah berat badan merupakan pekerjaan yang sangat penting disusul dengan
pengobatan dan kalau perlu pengkharian kehamilan. Semua tindakan tersebut
diatas bermaksud untuk mencegah timbulnya eklamsi.
Terapi
Karena
eklamsi disebabkan oleh kehamilan maka teoritis pengobatan yang terbaik dari
eklamsi ialah secepat mungkin mengakhiri kehamilan misalnya dengan SC. Tapi
dlam praktik terbukti bahwa hasilnya kurang memuaskan terutama karena dilakukan
operasi pada pasien yang keadaanya sudah buruk.
Dengan
sikap yang konserpartip hasil- hasil jaul lebih memuaskan, dan pada umunya
sekarang eklamsi dirawat secara konserpatip. Sebagai pertolongan pertama dapat
diberikan dengan segera suntikkan 20 mg morpin misalnya sebelum mengangkut
pasien ke rumah sakit atau sambil menunggu persiapan – persiapan yang
diperlukan. Pasien ditempatkan dalam kamar tenang dan setengah gelap tapi masih
cukup terang untuk memungkinkan obsevasi.
Persiapan
yang cukup dilakukan untuk menghindarkan pasien melukai diri sendiri atau jatuh
dari tempat tidur, gigi palsu harus ditanggalkan, dan dicari benda mislanya
karet atau kain yabg digulung untuk dimasukkan antara tulang rahang kalau terjadi kejang. Juga
disediakn alat penghisap lender. Perawat tak boleh meninggalkan pasien sekejap
matapun. Setelah pasien agak tenang dilakukan pemeriksaan umum dan obstetric
dan dipasang dauer kateter.
Tujuan
pengobatan eklamsi ialah:
1. Sedasi
untuk mencegah kejang selanjunya
Kejang
sangat merugikan karena waktu kejang terjadi hypoxia, acidose respiratoris
maupun metabolis dan tensi biasnya naik.
2. Menurunkan
tekanan darah , dengan menghasilakn vasopasmus.
Hypertensi
adalah suatu usaha dari badan untuk mengatasi vasospasmus hingga darah tetap
cukup mengalir kepada organ – organ penting. Karena itu penurunan tensi harus
berangsur –angsur dan tidak boleh terkait terlalu banyak :
a. Tekakan
darah tidak boleh lebih turun dari 20% dalam 1 jam (maksimal dari 200/120
menjadi8 160/95 dalam 1 jam)
b. Tekanan
darah tidak boleh kurang dari 140/90.
3. Menawarkan
haemokonsentrasi dan memperbaiki diurese dengan pemberian glukosa 5% - 10 %.
Karena air keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan odema maka terjadi
hypovolaemi ini menyebabkan ologuri sampai anuri malahan dapat menimbulkan
shock. Pemberian cairan harus hati –hati karena dapat menimbulkan hyperhydrasi
dan odema paru – paru.
Karena
itu mictle dan tekanan vena central menjadi pegangan :
a. Urin
tidak boleh kurang dari 30 cc/jam
(oliguri : urin < 16
cc/ jam, anuri : urin < 4 cc/ jam)
b. Tekanan
vena central tidak melebihi 6 – 8 cm air.
4. Mengusahakan
supaya O2 cukup dengan mempertahankan kebosanan jalan nafas.
Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan:
a) Unyuk
menghentikan dan mencegah kejang.
b) Mencegah
dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis.
c) Sebgai
penunjang untuk mencapai stabilitas keadaaan ibu seoptimal mungkin.
d) Mengakhiri
kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.
1. Pengobatan
medicinal sama seperti pengobatan preeklamsi berat kecuali bila timbul kejang –
kejang lagi maka dapa diberikan MgSO4 2 gram intervenosus selama 2 menit
minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya
diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang
maka diberikan amobarbital/ thiopental 3- 5 mg/kkBB/IV perlahan – lahan.
2. Perawatan
bersama :
-
Konsul bagian syaraf, penyakit dalam/
jantung, mata, anastesi dan anak.
-
Perawatan pada serangan kejang : di
kamar isolasi yang cukup terang / ICU
3. Pengobatan
obstetric.
Penangan
kejang :






BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
NY. ”S” UMUR 25 TAHUN G1P0A0 USIA
KEHAMILAN 30 MINGGU DENGAN EKLAMSI
DI
BPS MUTIA
SELEMAN-YOGYAKARTA
No. Register :65789
Masuk
BPM Tanggal/ Pukul : sabtu,
16 maret 2013 Jam : 08.00 WIB
Dirawat
diruang :
Periksa
I.
PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 16 maret 2013 Jam
: 08.00 WIB Oleh :
Bidan
A. IDENTITAS Ibu Suami
1. Nama : Ny.” S” Tn.
“K”
2. Umur : 25 Tahun 27
Tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
5. Pendidikan : SMA SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Polisi
7.
Alamat :
jln,.mangga no 6,seleman Yogyakrta.
B. DATA
SUBYEKTIF
1. Alasan
datang
Keluarga mengatakan
ingin memeriksakan pasien
2. Keluhan
Utama
Keluarga mengatakan ibu
mengalami kejang – kejang sejak 30 menit yang lalu
3. Riwayat
Menstruasi
Menarche :
15 Tahun Siklus : 28 Hari
Lama :
6 Hari Teratur : Teratur
Sifat Darah : Encer Keluhan : TidakAda
4. Riwayat
Perkawinan
Status Perkawinan :
Sah Menikah
ke :
1
Lama : 1 Tahun Usia
menikah pertama kali : 24 Tahun
5. Riwayat
Obstetri G1P0A0
Hamil ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
|
Tanggal
|
Umur kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
komplikasi
|
JK
|
BB
Lahir
|
laktasi
|
komplikasi
|
Hamil
ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. Riwayat
Kontrasepsi Yang Digunakan
Jenis kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
Tanggal
|
Oleh
|
Tempat
|
Keluhan
|
Tanggal
|
oleh
|
tempat
|
alasan
|
|
Ibu
mengatan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Riwayat
Kehamilan Sekarang
a. HPHT :18 agustus 2012 HPL :
25 mei 2013
b. ANC
pertama umur kehamilan : 8 minggu
c. Kunjungan
ANC
Trimester I
Frekuensi :
2 kali
Keluhan :
mual muntah
Komplikasi :tidak
ada
Terapi :
B6 1x1
Trimester II
Frekuensi :
2 kali
Keluhan :
pusing,odema kaki dan tangan
Komplikasi :
tidak ada
Terapi :
fe 1x1
Trimester III
Frekuensi :
1 kali
Keluhan :
pusing, odema pada kaki dan tangan
Komplikasi :
tidak ada
Terapi :
fe 1x1
d. Imunisasi
TT :2 kali
TT 1 :25
oktober 2012
TT 2 :25
november 2012
e. Pergerakan
janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan pergerakan janin
lebih dari 10 kali dalam sehari
8.
Riwayat Kesehatan
a. Penyakit
yang pernah / sedang diderita (menular,menurun,menahun)
Ibu
mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular ( hepatitis,
TBC, HIV/AIDS).
Ibu
mengatakan pasien tidak pernah /tidak sedang menderita penyakit
menurun (hipertensi, Asma, DM)
Ibu
mengatakan pasien tidak pernah/ sedang
menderita penyakit menahun seperti( jantung, hati,ginjal.)
b. Penyakit
yang pernah / sedang diderita keluarga ( menular, menurun, menahun)
Ibu
mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah/tidak sedang menderita penyakit menular
seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis.
Ibu
mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak pernah / tidak sedang
menderita penyakit menurun ( Hipertensi, Asma, DM).
Ibu
mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak pernah/ tidak sedang
menderita penyakit menahun (ginjal , hati dan jantung.)
c. Riwayat
Keturunan Kembar
Ibu
mengatakan baik dari kelurga ibu maupun suami tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat
Operasi
Ibu
mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
e. Riwayat
Alergi Obat
Ibu
mengatakan pasien tidak memiliki riwayat
alergi obat.
9.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Pola Nutrisi Sebelum Hamil Saat
Hamil
Makan
Frekuensi : 3x/ hari 3x/ hari
Porsi : 1 Piring 1
piring
Jenis : Nasi, Sayur, Lauk Nasi, sayur,lauk,Buah
Pantangan
: Tidak Ada Tidak ada
Keluhan : Tidak Ada Tidak ada
Minum
Frekuensi : 5x/ hari 6 -7x/hari
Porsi : 1 Gelas 1 gelas
Jenis
: Air Putih Air
Putih, Susu
Pantangan
: Tidak Ada Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x / hari 1x/hari
Konsistensi : Lembek Lembek
Warna : Kuning Kuning
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
BAK
Frekuensi : 5 x perhari 6x/hari
Konsistensi : Cair Cair
Warna : Kuning Jernih Kuning
Jernih
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
c. Pola Istirahat
Tidur
Siang
Lama : 1 Jam/hari 2
Jam /hari
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
Tidur
Malam
Lama : 8Jam/hari 8
jam/hari
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari 2x/sehari
Ganti
Pakaian : 2x/sehari 2x/sehari
Gosok
Gigi : 2x/sehari 2x/sehari
Keramas : 3x/seminggu 3x/seminggu
e.Pola Seksualitas
Frekuensi : 3x/seminggu 1x/minggu
Keluhan : Tidak Ada Tidak Ada
f.Pola Aktifitas ( terkait kegiatan
fisik, olahraga)
-
Ibu mengatakan melakukan kegiatan
sebagai IRT (menyapu, mencuci pakaian, memasak)
10. Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan (merokok,minum jamu,minuman beralkohol)
Ibu mengtakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman beralkohol.
11. Data
Psikososial, spiritual dan ekonomi ( Penerimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga,hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan
bayi,kegiatan ibadah, kegiatan sosial,keadaan ekonomi keluarga)
-
Ibu mengatakan senang dengan
kehamilannya
-
Suami dan keluarga sangat mendukung
kehamilannya
-
Ibu menjalin silaturahmi dengan tetangga
sekitar
-
Ibu rajin ibadah sholat 5 waktu
-
Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya
-
Ibu sudah mulai menabung sedikit demi
sedikit untuk biaya persalinan nanti
C. DATA
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum
Keadaan
Umum : tidak baik
Kesadaran :
Status
Emosional : tidak stabil
Tanda
Vital Sign
Tekanan
Darah :170/120 mmHg Nadi : 110x/menit
Pernapasan :22x/menit Suhu : 38,20C
2. Pemeriksaan
Fisik
Kepala : Mesochephalus,tidak ada nyeri tekan,
tidak ada massa,rambut hitam,lurus
Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas
luka,adanya cloasmagrapidarum
Mata : terbuka tanpa melihat,kelopak mata
bergetar
Hidung : tidak ada polip,bersih,tidak ada
pernapasan cuping hidung
Mulut : mulut membuka
Telinga : simetris,tidak ada serumen,terdapat
lubang telinga
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid,parotis,limfe dan vena jugularis
Dada : simetris,tidak ada retraksi dinding
dada
Payudara : simetris,putting susu
menonjol,hiperpigmentsi areola mamae
Abdomen : adanya odema,adanya linea nigra dan strie
gravidarum
Palpasi
Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat,teraba bulat,lunak dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II : pada bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil – kecil
janin(ekstermitas),pada bagian kanan perut ibu teraba datar memanjang seperti
papan(punggung)
Leopold
III: bagian terendah janin teraba bulat, keras,melenting(kepala)
Leopold
IV: kepala belum massuk panggul
Osborn
Test : tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU
: 28 cm TBJ : 2480 gram
Auskultasi
DJJ : 140x/ menit
Ekstremitas Atas :terdapat odema,tangan bergetar,jari tangan menggenggam
Ekstremitas
Bawah :terdapat odema
Genetalia
luar : bersih, tidak berbau,tidak
ada tanda – tanda infeksi
Pemeriksaaan
panggul : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan
Penunjang Tanggal:16 Maret 2013 Pukul:08.00WIB
Tidak
ada
4. Data
penunjang
Protein
urin (++++)
II. INTERPRETASI
DATA
A. Diagnosa
Kebidanan
Seorang
Ny. “S” umur 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklamsi
DS:
Keluarga
mengatakan ibu berusia 23 Tahun
Keluarga
mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
Kelurga
mengatakan HPHT : 18 agustus 2012
Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran
DO :
Keadaan
Umum : tidak baik
Kesadaran
: stupor
TTV :
TD : 170/120 mmHg Nadi : 110x/menit
Pernafasan :22x/menit Suhu : 38,20 C
B. Masalah
Tidak
ada
Data
Dasar
Tidak
ada
III.
IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Koma
IV. TINDAKAN SEGERA
1. Mandiri
Membaringkan
pasien pada sisi miring kiri
2. Kolaborasi
Tidak ada
3. Merujuk
Merujuk
ke rumah sakit/ pasilitas kesehatan yang lebih memadai
V.
PERENCANAAN Tanggal:
16 maret 2013 Pukul : 08.00 wib
1. Beritahu
keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
2. Lindungi
pasien dari kemungkinan trauma
3. Beritahu
keluarga pasien akan di Pasang infuse
4. Beritahu
keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang
5. Beritahu
keluarga pasien bahwa pasien akan dipasangkan oksigen
6. Baringkan
pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
7. Beritahu
keluarga pasien bahwa akan di lakukan rujukan
VI.
PELAKSANAAN Tanggal
:16 Maret 213 Pukul
:08.00 WIB
1. Memberitahu
keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
2. Melindungi
pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat
terlalu kuat.
3. Memberitahu
keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL(Ringer Laktat) atau Ringer
Dekstrose
4. Memberitahu
keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian
ü Frekuensi
pernafasan minimal 16x/ menit
ü Reflex
patella positif
ü Urun
minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
ü Menyiapkan
ampul KalsiumGlukonas 10% dam 10 ml
5. Memberitahu
keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
6. Membaringkan
posisi pasien ke sebelah kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
7. Memberitahu
keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke pasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi
VII.
EVALUASI Tanggal : 16 Maret 2013 Pukul : 08.00 WIB
1. Pasien
sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
2. Infuse
RL sudah dipasang pada pasien
3. Obat
anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien
4. Oksigen
sudah diberikan 4-6 liter per menit
5. Pasien
sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Rujukan
sudah dilakukan ke pasilitas kesehatan yang lebih tinggi
Daptar
pustaka
Bagian
Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
1984. Obstetric Patologi.Bandung
:Elstar Offset.
Sujiantini,
M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho,
dr. Taufan.2012. Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
apakah penderita eklamsi otomatis terkena penyakit ginjal,hepatitis setelah operasi sesar walaupun sebelumnya penderita tidak mempunyai riwayat penyakit hepatitis,ginjal??
BalasHapusapakah ada kemungkinan ibu yg eklamsia DJJ 140?
BalasHapus